Kamis, 06 Januari 2011

6 Prisip Penguasaan Kelas


1

Bersihkan segala masalah


Ketika saya mengajar di SD Islam Plus, begitu masuk kelas, sebagian murid berlari-lari kian kemari, dan sebagian dalam keadaan bermain dengan rollet semacam alat putar berwarna-warni yang mungkin dipergunakan dalam pelajaran matematika tentang propabilitas. Begitu guru masuk ada sebagian duduk karena takut akan hukuman. Sebagian masih asik bercengkrama dengan sesama temannya. Guru mengambil Rolet alat permainan anak dan mengatakan dengan keras "dilarang bermain." Hal ini harus dilakukan guru agar kelas tetap tenang dan siap belajar. Kalau tidak akan berlarut-larut dan murid tidak siap belajar sepanjang jam pelajaran. Memang ini kesalahan guru sebelumnya, tetapi sulit untuk menyalahkan siapa-siapa tetapi jika prinsip-prinsip ini dilaksanakan oleh semua guru tidak akan ada kesempatan anak untuk bermain didalam kelas kecuali jam istirahat. Guru harus menertibkan segala kekacauan di kelas, anak yang kejar-kejaran, bermain, ngobrol dan sebagainya. Bereskan semua masalah, dan janga sampai permasalahan tersebut berkembang jadi masalah besar, misalnya timbul kecelakaan, perkelahian dan sebagainya.
Pertama sekali mengajar di kelas 3 SD IT, murid yang luar biasa melanggar disiplin harus saya hadapi. Ketika bunyi bel masuk, tanda waktu istirahat usai, tetapi murid tetap tidak peduli akan hal itu. Mereka asik juga bermain di lapangan bermain TK, sampai guru harus memanggil memakai alat pengeras suara. Murid harus berada didalam kelas dan siap untuk belajar, baru pelajaran bisa dimulai. Untuk memanggil memakai pengeras suara butuh waktu setengah jam baru dapat semua murid masuk. Biasa dengan ancaman dan hitungan mundur baru mereka mau beranjak dari lapangan TK. Itupun kalau kepala sekolah yang memanggil, selain dari pada itu tidak dipedulikan. Ini contoh sekolah yang buruk dalam pengendalian murid-murid. Perlu pemahaman bersama antara kepala sekolah dan guru-guru akan arti penting disiplin di sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar dan mengajar.

2

Berikan Arahan


Banyak guru yang tidak terbiasa memberikan arahan, sekarang sedang mempelajari apa, kegiatan belajarnya apa, dan apa target yang hendak dicapai. Jika tidak ada arahan anak belajar dalam kebingungan, dan mencoba menebak-nebak apa yang dimaksudkan guru dikelas, Apa yang harus dikerjakan, dan apa yang harus dipelajari. Dengan membuat arahan murid tahu apa yang harus dikerjakan dan apa yang harus dicapai. Guru diwajibkan menulis program pembelajaran dan semua itu sudah tercantum dalam RPP atau satpel. Tetapi banyak guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajarannya didepan kelas, karena satpel atau RPPnya Mengambang dan tidak jelas, atau mungkin tidak ada RPP sama sekali atau mungkin guru terbiasa dan membiasakan diri tidak membaca RPP dalam mengadakan kegiatan pembelajaran.

3

Pegang Kendali


Peganglah kendali kelas dengan bersikap sebagai penentu bukan yang ditentukan. Banyak guru yang lemah dan mau dikendalikan oleh murid. Dengan sedikit bujukan dan rayuan seorang guru olah raga luluh hatinya ketika murid meminta untuk bermain Kasti saja. Seorang guru komputer tidak kuasa melarang muridnya untuk tidak menyalakan komputer dulu sebelum guru menerangkan teori. Andi seorang murid kelas 3, SD Islam Terpadu, terbiasa ketika jam pelajaran komputer berlari ke ruangan komputer menyalakan komputer sendiri dan bermain game sampai waktu pelajaran komputer habis. Bahkan terkadang, setelah habis jam komputerpun dia masih asik bermain game komputer, sehingga sering terlambat masuk jam berikutnya. Guru komputer tidak dapat melarang karena guru-guru lain, wali kelas, kepala sekolah, sangat memuji semangat belajar komputer seperti itu. Dalam hal ini harus ada kesepakatan dan kesatuan visi dari semua guru atas nilai-nilai moral dan disiplin anak yang harus diterapkan. Kelakuan Andi tersebut tidak baik, karena tidak saja dapat mengacaukan antara pelajaran dan bermain, tetapi juga menyangkut disiplin sekolah, ketertiban, dan target-target seluruh pelajaran sekolah.

4

Beri Batasan dan Sanksi


Beri Batasan dan Sanksi yang tegas ketika anak melanggar aturan dan umumkan batasan dan sanksi tersebut di depan kelas. Misalnya siapa yang tidak mengerjakan latihan dalam lima menit akan dapat hukuman berdiri di sebelah meja guru. Dan sebagainya tergantung situasi dan kondisi di lapangan.

5

Beri Target yang Terukur

Beri Target yang real yang dapat terukur dan dibuktikan. Tujuan pembelajaran yang ada di RPP dan satpel kebanyakan mengambang. Perlu target yang real dalam satu kali pertemuan kelas ini. Misal setelah pelajaran ini kalian harus hapal rumus phytagoras. Atau Dalam sepuluh menit belum ada dua soal latihan yang terselesaikan akan mendapatkan sanksi. Kalau dalam setengah jam ke depan belum hapal satu ayat al-Qur'an akan mendapatkan sanksi. Masalah sanksi pada anak akan saya posting dalam artikel selanjutnya.

6

Pengawasan yang ketat


Dengan pengawasan yang ketat, seorang guru berarti memegang kendali kelas. Untuk apa peraturan yang susah payah dibuat tetapi tidak ditegakkan dan dengan mudah dilanggar oleh murid karena kurang atau tidak adanya pengawasan terhadap yang melanggar aturan.
Baca selengkapnya ...

Jumat, 12 November 2010

Mengapa Anak selalu melanggar aturan?


Ada beberapa sebab barangkali diantaranya:
1. Komunikasi yang tidak efektif
Banyak anak yang sebenarnya tidak mengerti akan maksud orang tua atau orang dewasa sekitarnya karena sudah biasa dan berpola hidup tanpa aturan. Di sekolah, Dimas, seorang anak SD ketika saya mengajar SD tidak mengerti apa yang saya maksudkan ketika saya memarahi Aditya seorang anak teman sekelasnya yang berbicara ketika saya menerangkan pelajaran. Dimas melakukan hal yang sama seperti dilakukan Aditya yaitu berbicara ketika saya menerangkan pelajaran, tepat ketika saya baru saja selesai memarahi Aditya temannya dan hendak kembali menerangkan pelajaran. Mungkin Dimas tidak mengerti kemarahan saya pada Aditya sebenarnya, aturannya berlaku pula bagi Dimas. Tetapi mengapa Dimas masih melakukan hal yang sama? Ini mungkin Dimas dan anak-anak lain sudah biasa apabila temannya kena marah dia tidak ambil pusing dengan masalah itu. Mengapa temannya dimarahi? Oleh sebab apa? Apa maksud guru marah? Hal tersebut menjadinya tidak mengerti dan tidak ambil pusing. Yang pusing jelas aja gurunya, karena baru saja memarahi satu orang murid karena sesuatu kasus, malah ada satu orang murid lagi melakukan hal yang sama. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak adanya komunikasi yang efektif antara murid dan guru ketika guru tersebut memarahi satu orang anak.

Memang sulit membentuk perilaku baik. Pembentukan ini tidak dapat dilakukan dalam sekejap dan perlu proses yang bertahun-tahun untuk dapat menjadikan sebuah sekolah yang benar-benar ideal dan tertib. Mungkin saja dengan sedikit kekerasan, seperti memukul anak dan marah-marah dapat menertibkan, tetapi hal itu akan selalu berulang kembali ketika tidak marah-marah dan memukul lagi. Tentunya tidak selamanya marah-marah dan memukul bukan? Kalau itu dilakukan terus menerus akan timbul perasaan tertekan bagi diri anak dan lambat laun akan menjadi kemarahan dan timbul pemberontakan ketika remaja, (Baca: Emosi remaja).

Solusinya adalah ketika di kelas buatlah seluruh anak terlibat dalam pembicaraan. Jangan terfokus pada satu orang murid, karena anak akan membuat dinding tembok tinggi yang memisahkan antara guru atau orang dewasa lainnya dengan dirinya. Buatlah perjanjian-perjanjian atau semacam kontrak belajar terlebih dahulu, dan bekerjasamalah dengan semua murid-murid di kelas untuk komitmen menegakkan kontrak belajar tersebut.

2. Menerapkan aturan yang tidak jelas
Nia dilarang oleh ibunya untuk pergi keluar rumah. Nia anak kelas empat SD dengan berbagai alasan tetap ingin keluar rumah dengan alasan mau pergi ketempat bibinya yang tidak jauh dari rumahnya, masih satu komplek perumahan. Nia berusaha lari dari pintu belakang dan ibunya tidak kuasa lagi menahannya.

Aturan yang tidak jelas, seperti: dahulu boleh sekarang kok tidak boleh secara tiba-tiba. Tidak dijelaskan mengapa tidak boleh keluar rumah. Tidak ada sanksi yang jelas jika aturan itu dilanggar. Membuat aturan tidak melalui kesepakatan terlebih dahulu. Semua itu menyebabkan anak melanggar aturan.

3. Aturan yang tidak penting
Bagi Nia aturan mamanya dianggap main-main. Bahkan ia lari dari rumah sambil tertawa tanpa beban sama sekali. Perbuatan seperti inilah yang artinya mengajari Nia untuk selalu melanggar aturan mamanya. Mamanya sebenarnya tidak terima perbuatan Nia itu. Dan pada akhirnya timbul letupan-letupan kecil yang berupa kemarahan dan omelan setiap pagi hari dan sebagainya.

4. Aturan yang gampang dilanggar tanpa sanksi
Aturan yang begitu gampang dilanggar dan tidak pernah diterapkan sanksi yang jelas menyebabkan anak tersebut terbiasa melanggar aturan. Pak Zaid guru bahasa Indonesia mengeluhkan tingkah laku anak perempuan yang tidak mau ikut aturan. Pak Zaid dan banyak Guru lain beranggapan bahwa anak perempuan tidak boleh dipukul dan diberi sanksi, karena mereka perempuan manusia lemah. Memang betul perempuan harus dilindungi, tetapi tidak diberi sanksi adalah salah. Apalagi jika sudah terbaca sama anak didik bahwa guru tidak akan menerapkan sanksi, maka dia dengan mudah melanggar aturan. Bukan lagi guru yang mengatur murid tetapi muridlah yang mengatur guru. Mereka seenaknya memperpanjang waktu keluar main dengan tidak masuk kekelas walau guru sudah berada di kelas. Mereka ngobrol makan dan minum sementara guru menunggu di kelas sampai waktu yang tidak ditentukan. Ya sampai jam pelajaran habis dan berganti guru lain. Setelah guru lain masuh mereka masih tetap tidak masuk kelas dan seterusnya, kalau perlu tidak belajar seharian.
Baca selengkapnya ...

Jumat, 05 November 2010

Emosi Remaja


Ternyata dunia remaja memang unik. Emosi remaja sangat meningkat pesat dibanding ketika dia berusia 6 sampai 9 tahun. Anak usia remaja yang berkisar diantara 13 sampai 21 tahun usia belasan tahun (teenage). Setelah beberapa searching di google ternyata memang benar penelitian Reed Larson. Dalam de-kill.blogspot.com Ch3_ez menulis:
Masa remaja secara tradisional dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar.Gejolak Emosi Remaja

Bagus terpaksa dikeluarkan dari sekolah gara-gara guru tidak sanggup lagi mengatasi ia yang mengamuk di sekolah, menjadikan situasi kacau dan tidak terkendali. Pasalnya ia menyikut temannya Sandi dengan cara terjun dari tangga. Teman-temannya yang lain tidak terima hal tersebut hingga timbul perkelahian dikelas. Tetapi Bagus juga tidak terima dia dipersalahkan teman-temannya karena dia berpendapat bahwa sandilah yang salah duluan. Perkelahian ini susah dilerai karena Bagus menjadi mengamuk dikantor. Saya datang sebagai guru memeluknya erat-erat dan memaksanya duduk di sofa kepala sekolah, saya kira itu prosedur standar untuk mengendalikan anak yang suka mengamuk, saya minta guru lain yang berdekatan dekat situ untuk merangkul kakinya agar tidak menendang kemana-mana. Beberapa guru membantu untuk juga mengatasi masalah ini, tapi dengan memukul. Tetapi saya larang dan cegah untuk tidak memukulnya lagi. Suasana jadi tenang sementara saya ada disitu menjaganya. Tetapi guru lain menggantikan posisi saya menjaganya, tetapi karena tidak mengerti bagaimana mengatasi anak yang sedang mengamuk itu dikiranya masalahnya spele sehingga Bagus ditinggalnya sendiri dikantor tanpa ada yang menjaga. Akhirnya Bagus melarikan diri dari kantor dan sulit dikendalikan. Lari kesana kemari, mengata-ngatai kepala sekolah, sehingga timbul kekacauan di sekolah.

Kebijaksanaan sekolah yang diambil terhadap Bagus adalah meminta orang tua Bagus untuk mengawasi anaknya selama belajar disekolah sampai akhir tahun ajaran. Kebetulan waktu itu Bagus kelas tiga MTs semester akhir.

Gilang lain lagi kasusnya. Ia juga terpaksa diberhentikan dari sekolah, karena dinilai keterlaluan mengucapkan kata-kata kotor dan memaki-maki guru melalui jejaring sosial Facebook. Dia dan beberapa teman lainnya dapat kasus yang berawal dari pelajaran yang saya pegang adalah hapalan ayat al Qur'an. Setelah satu bulan tidak ada satu ayatpun yang dia mau menghapal, saya beri sangsi berdiri didepan kelas, sambil memegang Al-Qur'an untuk dihapal saat itu juga. Minggu depannya masih orang-orang yang sama, belum juga mengahapal satu ayat pun sangsi saya tingkatkatkan dengan berdiri di koridor antar kelas, dengan ancaman jika masih belum hapal berdiri dilapangan Basket sekolah. Minggu depannya orang-orang yang sama tersebut juga tidak menghapal satupun ayat, tetapi tidak saya lakukan hukuman dilapangan Basket, tetapi malah balik Berdiri di depan kelas. Barangkali mereka sudah punya rencana untuk cabut jika hukuman di lapangan Basket dilaksanakan. Tetapi karena tidak jadi dihukum dilapangan Basket mereka sepertinya kesal dengan rencananya gagal. Mereka juga akhirnya memaksakan diri melaksanakan rencana yang telah mereka persiapkan dengan pura-pura sakit dan permisi satu orang. Teman-teman yang lain satu persatu menghilang dari lokal. Setelah saya suruh temannya mencari maka terdapatlah empat orang yang segaja dikantin dekat sekolah pada saat jam pelajaran. Dari empat orang ini juga menyebutkan tiga orang lain yang juga melakukan hal yang sama termasuk Gilang. Lengkap semua tujuh orang. Ketujuh orang ini saya hukum berdiri dilapangan selama keluar main berlangsung. Dimana hampir setiap siswa yang akan pergi ke kantin sekolah dapat melihat tujuh orang tersebut, ditambah kehilangan jam keluar main, yang biasanya mereka lakukan untuk pergi ke kantin sekolah. Setelah selesai keluar main saya suruh mereka masuk lagi ke kelas belajar seperti biasa. Akibat hukuman ini mereka tidak terima, Gilang mengirim pesan dengan kata-kata kotor ke dalam akun Facebook saya. Dari dinding Facebook Gilang di dapati ternyata dia telah memaki-maki semua guru dan beberapa orang guru yang disebutkan secara spesifik.

Hasil rapat guru-guru memutuskan Gilang dan beberapa temannya yang lain yang ikut memberikan komentar yang kotor terhadap guru harus dipindahkan kesekolah lain.

Dari Dinding Facebook Gilang tersebut terungkap adanya rencana cabut masal sekelompok anak selokal gilang yaitu tujuh sekawan ditambah teman-taman lain yang pro-- tertangkap 12 orang ketika itu, yang telah terjadi dihari jum'at dua hari setelah hukuman di lapangan berlaku.

Tip Mengatasai Emosi Remaja
Baca selengkapnya ...

Rabu, 19 Mei 2010

Guru Dan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Guru dianggap pahlawan tanpa tanda jasa. Gaji guru kecil dan kegiatannya dan perjuangannya sangat penuh tantangan dan perjuangan. Omar Bakri adalah figur yang digambarkan oleh penyanyi Iwan Fals. Gambaran adalah guru memakai sepeda kumbang, dengan gaji yang pas-pasan, sementara beban kerja dan tanggung jawab yang besar.Iwan Fals menggambarkan dalam lagu umar bakri tersebut:
”Selalu begitu dari dulu waktu zaman Jepang…”
Dan teryata nasib guru seperti yang digambarkan Iwan fals tersebut masih tidak berubah sampai sekarang. Guru-guru kesejahteraannya kalau dilihat dari kendaraan yang mereka miliki memang hanya mampu beli sepeda motor. Walaupun ada yang dapat membeli mobil bekas, itu karena mereka mengajar pagi sore didua sekolah, atau punya penghasilan lain selain guru, misalnya bekerja paruh waktu, atau buka usaha warung. Kalau punya penghasilan lain selain dari guru, berarti penghasilan lainnya yang membuatnya dapat membeli mobil bekas. Kalau penghasilan lain tidak masuk hitungan. Jika ada guru yang mempunyai mobil yang dibeli baru, maksudnya tidak bekas, perlu dipertanyakan uang dapat dari mana?

Adakah perhatian pemerintah? Angin segar berhembus dengan adanya dana tunjangan khusus guru atau dikenal dengan nama Dana Insentif guru, BKG, yang dulu adalah konpensasi kenaikan bahan bakar minyak, tetapi angin segar itu akan berhenti berhembus, seiring dengan alasan pemborosan anggaran. Bukan itu saja tetapi juga, dengan alasan yang sama, tunjangan bagi guru sertifikasi pun turut pula, -- dalam rencana, dihapus, sekaligus pula rencana penghapusan program sertifikasi guru.

Adakah perhatian pemerintah bagi guru? Guru memang selalu nasibnya dianak tirikan. Kenaikan gaji Legislatif baru saja diusulkan, -- belum tahu apa sudah disetujui apa belum?, tetapi yang jelas gaji guru, apalagi yang hanya honor sekolah, dapat gaji 300 ribu sampai 600 atau 700 ribu, sangat sedih bercampu khawatir mendengarnya, akan jadi apa bangsa ini jika jasa guru tidak pernah dihargai.
Baca selengkapnya ...

Jumat, 25 Desember 2009

Mendidik Anak adalah Seni

Mendidik mempunyai seni tersendiri. Bukan saja diperlukan kepintaran seorang pendidik tetapi juga membuat strategi agar peserta didik, termasuk anak dirumah, berhasil dalam belajar sesuatu. Berbagai Methode Revolusi Belajar yang ditemukan sekarang membuat pendidik tertantang untuk melakukan perubahan dalam Methode maupun Strategi dalam pengajarannya agar pendidikan berhasil.

Methode tersebut adalah:
  1. Quantum Learning
  2. Quantum Teaching
  3. Student Active Learning
  4. Contextual Learning
  5. Dan lain-lain
Semua Methode tersebut sudah banyak bukunya beredar dan Guru sebagai pendidik bersemangat untuk mengembangkan diri dalam mendalami Methode-methode mengajar yang ada agar selalu maju dan berkembang. Baca selengkapnya ...

Senin, 01 Juni 2009

Pendidikan Moral Anak Tanpa Kekerasan


Murid perlu dididik untuk memahami bahwa setiap tindakan dan prilakunya ada konsekwensi yang haru ia terima. Konsekwensi yang diajarkan pada murid-murid guna untuk merubah perilaku buruk anak didik dan sebagai alternatif pengajaran yang benar untuk menghindari tindak kekerasan pada anak. Pemahaman akan konsekwensi bagi anak hanya didapat dengan cara menegakkan kedisiplinan, pemberian konsekwensi, bukan hukuman, dan pemberian penghargaan bagi yang berprilaku baik. Konsekwensi berbeda dengan hukuman, menurut Ray Levi Ph.D (2002) ada dua perbedaan antara hukuman dan Konsekwensi


Pertama Konsekwensi memberikan anak pelajaran sedangkan hukuman jarang sekali memberikan pelajaran. Hukuman dapat mengakibatkan dendam dan bersikap kasar, sehingga menimbulkan hukuman lain. Sebaliknya konsekwensi mengajarkan perilaku yang baik pada anak karena menunjukkan perilaku yang benar sebagaimana yang anda inginkan, dengan cara kongkrit yang dipahami anak. ....
Kedua Hukuman disampaikan dengan cara marah-marah karena anak telah membuat sesuatu yang membuat anda marah. Tetapi konsekwensi disampaikan dengan rasa sedih dan empati Anda menunjukkan tanggung jawab ada dipundak anak.)1

Berbagai konsekwensi yang perlu dan patut di terapkan sebagaimana menurut Levy2
Konsekwensi Alam
Konsekwensi alami terjadi akibat langsung dari peristiwa yang terjadi secara alamiah. Contoh jika tidak makan kita akan lapar, jika tidak tidur keesokan harinya akan mengantuk dan sebagainya. Konsekwensi alami ini perlu dipahami murid-murid karena berkaitan langsung dengan kehidupan.
Konsekwensi Logis
Konsekwensi logis sering terjadi di masyarakat, jika tidak membayar listrik, listriknya diputus, jika merampok mendekam di penjara dan sebagainya.
Konsekwensi Relevan
Konsekwensi Relevan adalah konsekwensi yang secara langsung berkaitan dengan perilaku buruk anak dan membuat anak memperbaiki sikapnya. Konsekwensi dari perilaku buruk digantikan dengan perilaku baik yang diharapkan. Contoh seorang anak meninggalkan meja makan dengan piring kotor berserakan maka perilaku apa yang diharapkan jika anak berbuat demikian, “cuci piring.” Maka jika anak melakukan meninggalkan meja makan dengan piring kotor berserakan maka ia harus mencuci piring.
Tapi jika anak kedapatan merokok konsekwensi relevannya adalah menghirup udara bersih, tidak efektif!! Maka ada konsekwensi berkaitan yang cocok.
Konsekwensi berkaitan
Konsekwensi jika anak kedapat merokok misalnya maka suruh anak ke perpustakaan untuk membaca akan bahaya merokok ditambah misalnya membuat kliping atas bahaya-bahaya merokok.
Konsekweensi Signifikan
Konsekwensi Signifikan yaitu konsekwensi yang efektif terhadap anak, anak yang malas bergerak konsekwensi signifikan adalah menyuruh dia berolah raga.

Djauzak Ahmad dalam Riau Pos menekankan: “Tetapi kalau tetap melakukan, diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya (Konsekwensi relevan – Penulis). Kalau misalnya anak mengotori lantai, maka disuruh ia untuk membersihkan lantai yang kotor tersebut. Kalau memecahkan kaca disuruh ia mengganti (Tidak Efektif: karena bagi siswa yang orang tuanya kaya akan mudah baginya untuk mengganti berulang-ulang sampai puluhan kali – penulis). Asal jangan hukuman yang memalukan seperti menggunduli kepala anak padahal ia cewek, seperti yang terjadi disebuah pesantren di Pekanbaru )3
Kalau menurut saya tidak mempermalukan karena anak tersebut memakai Jilbab, sedangkan laki-laki sudah biasa pemandangan kepala gundul, dipesantren, karena ada yang berpendapat potong rambut itu gundul, begitu menurut sunah nabi, mulai kiyai sampai ustad-ustadnya semua berbuat demikian.

Kalau anak memainkan senjata tajam hukumannya tidak dibiarkan sampai anak terluka, Jika memanjat tinggi jangan tunggu sampai anak jatuh. Ini penerapan konsekwensi yang salah karena berakibat fatal. Konsekwensi dengan berakibat fatal memang harus dihindari, seperti perkelahian harus dilerai, kebut-kebutan harus dilarang, jangan dibiarkan saja, tetapi jika terjadi kecelakaan akibat kebut-kebutan anak mendapat pelajaran, tapi anak tidak boleh dikasih tahu akan pelajaran dari konsekwensi dari yang telah ia perbuat biarkan anak yang menyipulkan sendiri.

Kalau mengajarkan dan mendidik anak dengan menerapkan konsekwensi maka kita dapat menghindari penggunaan kekerasan dalam pembelajaran anak didik di sekolah.
Konsekwensi dapat berupa strap didepan kelas atau konsekwensi seperti yang telah diterangkan diatas. Sekedar Strap, berdiri diluar kelas, menyuruh anak membersihkan lantai, membersihkan WC, dan sebagainya tidaklah disebut sebagai kekerasan dalam rangka atau maksud mendidik. Kalau yang disebut kekerasan terhadap anak-anak itu tidak bermaksud mendidik, kejam dan keji terhadap anak-anak, tanpa belas kasihan sedikitpun. Adapun yang dimaksud kekeran menurut UU Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 terdapat dalam pasal 13 ayat 1:

Pasal 13 ayat: 1.Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.


Pejelasan dari butir d ayat 1 tersebut adalah:
Perlakuan yang kejam, misalnya tindakan atau perbuatan secara zalim, keji, bengis, atau tidak menaruh belas kasihan kepada anak. Perlakuan kekerasan dan peng¬aniayaan, misalnya perbuatan melukai dan/atau mencederai anak, dan tidak semata-mata fisik, tetapi juga mental dan sosial.4




__________________
  1. Levy, Ray, Ph.D. et al , 2002, “Manfaat Konsekwensi”, Cara Membesarkan Anak Yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran,, Jakarta: Gramedia. halaman 131
  2. Levy Ray, Ph.D., 2002, ibid., halaman 132 – 138.
  3. Djauzak Ahmad dalam Koran Riau Pos, 21, Februari 2008, “Kekeran Pendidikan Dilarang Sejak Dulu”, halaman 35.



Baca selengkapnya ...

Jumat, 27 Maret 2009

Kekerasan Di Sekolah?


Kekerasan disekolah, terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa guru berbuat kekerasan pada muridnya. Guru memukul ada maksud mendidik, dan pukulan guru pada umumnya bukan dapat melukai, atau kerusakan fisik maupun mental anak. Itulah bedanya dengan kekerasan. Kekerasan adalah berbuat kejam tanpa belas kasihan, dan juga tanpa maksud mendidik.

Dengan adanya undang-undang perlindungan anak ini perlu guru-guru mencari alternatif pendidikan kedisiplinan dengan cara yang lebih elegan, lebih lembut, lebih sopan, lebih mengena, lebih efektif. Pendidikan dengan cara pemberian konsekwensi, bukan hukuman, misalnya, atau dengan cara lain, bukan dengan pukulan. Pukulan, bentak-bentak, marah-marah, memang efektif sementara untuk menenangkan siswa, tapi tidak berlangsung lama, perilaku yang sama akan terulang lagi dan lagi. Efek negatif dari menggunakan bentakan-bentakan, marah-marah, pukulan adalah timbul keributan, pertengkaran dan benturan fisik tidak terhindarkan.

Banyak dari kalangan pendidikan termasuk guru tidak mengerti bagaimana caranya menangani anak yang bandel, anak yang bermasalah, anak yang pelawan, tidak tahu sopan santun, tidak mau tahu tata tertib dan peraturan sekolah. Sehingga mereka hanya meniru apa yang dilakukan gurunya dulu ketika ia masa sekolah dulu, dan kemudian melakukan coba-coba kecil-kecilan, kalau berhasil caranya maka akan terapkan, atau jadi guru penyabar, yang tingkah laku muridnya yang semakin menjadi-jadi. Atau akan jadi guru yang pemarah, mengunakan cara-cara “kekerasan” dan sebagainya, yang sebenarnya guru sudah kewalahan mencari cara menghadapi murid-murid yang kian lama kian menjadi-jadi ini, akhirnya tindak “kekerasanlah” yang katanya terjadi.

Guru yang lembek, tidak memberikan konsekwensi pada murid mengakibatkan murid tidak tahu mana yang benar mana yang salah. Setiap tindakan yang ia perbuat baik benar maupun salah selalu dicari alasan pembenarannya. Oleh sebab itu sampai kapanpun murid tidak akan pernah tahu bahwa perbuatannya salah kalau tidak ada menyatakan salah, atau mengajarinya bahwa perbuatannya itu adalah salah. Dan guru-guru lembek selalu jadi korban olok-olokan murid yang bandel. Sabaar!

Tidak tertutup kemungkinan anak yang bandel jika diajari terus-menerus dan dilakukan dengan cara yang elegan, lemah lembut, dan tidak kasar, anak akan dapat berubah, merubah perilaku jeleknya ke perilaku baik. Dengan cara anak diajarkan konsekwensi yang harus ia terima disebabkan oleh perbuatannya.

Metode mengajar sekarang yang diberikan kebebasan bagi murid-murid untuk menentukan sendiri cara belajarnya, dan diperbolehkan belajar sambil bermain, bukan berarti membiarkan anak berbuat tidak disiplin, anti sosial, dan mengganggu proses belajar mengajar. Metode belajar Quantum Teaching sekarang memberikan kebebasan bagi guru dan murid-murid untuk belajar dengan berbagai cara yang menyenangkan seperti permainan, observasi ala anak-anak, bermain peran, berkunjung ketempat yang sesuai dengan pelajaran dan lain sebagainya. Tetapi satu hal, yang tidak boleh dilupakan bagi kita semua adalah metode pengajaran seperti ini tidak dapat diterapkan jika delapan prinsip Quantum Teaching tidak dipahami benar-benar oleh murid-murid, salah satunya adalah konsekwensi. Murid tidak dapat mengikuti pelajaran dan guru tidak dapat melaksanakan metode ini jika murid tidak konsekwen. Jujur, konsekwen, bertanggung jawab, dan lain-lainnya, menjadi prinsip Quantum Teaching.

Metode Quantum Teaching yang menerapkan teknik mengajar tanpa marah-marah dan menyenangkan ini dapat dilakukan jika murid konsekwen untuk belajar, bukan bermain. walaupun pelajaran yang berikan sambil bermain. Dalam buku Quantum Teaching dijelaskan bahwa:
Murid berhak belajar dan gurupun berhak mengajar tanpa gangguan dari murid yang tidak mengerti akan konsekwensi belajar.
Inilah inti dari metode belajar Quantum Teaching itu: Murid boleh belajar dengan bermain dan metode yang menyenangkan tetapi konsekwensi dari murid yang tidak mau belajar tetap dilaksanakan. Banyak sekolah yang katanya menerapkan metode Quantum Teaching tetapi pelaksanaan di dalam sekolahnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ada sekolah dasar modern yang dibuat oleh yayasan besar dan terkenal, katanya memakai metode Quantum Teaching tetapi pengajaran didalamnya hanya permainan dan permainan tanpa ada aturan yang jelas, anak-anak yang membuat sekehendak hati dibiarkan, gurupun mengikuti kehendak anak, akhirnya kwalitas pelajaran anak jadi bobrok, kelakuan anak jadi bobrok, laporan setiap tiap bulan akan prestasi anak boleh dikata fiktif, karena mereka tidak mau mengakui dan terbongkar kejelekan sekolah bahwa anak murid sekolah yang katanya modern tersebut sebenarnya tidak tahu apa-apa. Mereka tidak berani ujian dengan memakai soal dari luar karena ada ketakutan nilai anak muridnya hancur, alasan yang dibuatnya adalah otonomi sekolah. Jika Metodenya bagus, hasilnya tentu bagus, sehingga tidak perlu ada ketakutan bersaing dengan sekolah luar. Kenapa takut bersaing dengan sekolah tidak modren, tidak plus, dan lain-lain, yang biasa-biasa saja? Seharusnya sekolah Quantum inilah yang seharusnya lebih unggul. Ini dikarenakan tidak mengerti dengan cara belajar Quantum Teaching tersebut. Akibatnya sekolah biasa-biasapun lebih unggul dari sekolah yang katanya modren tersebut.

Baca selengkapnya ...