Senin, 01 Juni 2009

Pendidikan Moral Anak Tanpa Kekerasan


Murid perlu dididik untuk memahami bahwa setiap tindakan dan prilakunya ada konsekwensi yang haru ia terima. Konsekwensi yang diajarkan pada murid-murid guna untuk merubah perilaku buruk anak didik dan sebagai alternatif pengajaran yang benar untuk menghindari tindak kekerasan pada anak. Pemahaman akan konsekwensi bagi anak hanya didapat dengan cara menegakkan kedisiplinan, pemberian konsekwensi, bukan hukuman, dan pemberian penghargaan bagi yang berprilaku baik. Konsekwensi berbeda dengan hukuman, menurut Ray Levi Ph.D (2002) ada dua perbedaan antara hukuman dan Konsekwensi


Pertama Konsekwensi memberikan anak pelajaran sedangkan hukuman jarang sekali memberikan pelajaran. Hukuman dapat mengakibatkan dendam dan bersikap kasar, sehingga menimbulkan hukuman lain. Sebaliknya konsekwensi mengajarkan perilaku yang baik pada anak karena menunjukkan perilaku yang benar sebagaimana yang anda inginkan, dengan cara kongkrit yang dipahami anak. ....
Kedua Hukuman disampaikan dengan cara marah-marah karena anak telah membuat sesuatu yang membuat anda marah. Tetapi konsekwensi disampaikan dengan rasa sedih dan empati Anda menunjukkan tanggung jawab ada dipundak anak.)1

Berbagai konsekwensi yang perlu dan patut di terapkan sebagaimana menurut Levy2
Konsekwensi Alam
Konsekwensi alami terjadi akibat langsung dari peristiwa yang terjadi secara alamiah. Contoh jika tidak makan kita akan lapar, jika tidak tidur keesokan harinya akan mengantuk dan sebagainya. Konsekwensi alami ini perlu dipahami murid-murid karena berkaitan langsung dengan kehidupan.
Konsekwensi Logis
Konsekwensi logis sering terjadi di masyarakat, jika tidak membayar listrik, listriknya diputus, jika merampok mendekam di penjara dan sebagainya.
Konsekwensi Relevan
Konsekwensi Relevan adalah konsekwensi yang secara langsung berkaitan dengan perilaku buruk anak dan membuat anak memperbaiki sikapnya. Konsekwensi dari perilaku buruk digantikan dengan perilaku baik yang diharapkan. Contoh seorang anak meninggalkan meja makan dengan piring kotor berserakan maka perilaku apa yang diharapkan jika anak berbuat demikian, “cuci piring.” Maka jika anak melakukan meninggalkan meja makan dengan piring kotor berserakan maka ia harus mencuci piring.
Tapi jika anak kedapatan merokok konsekwensi relevannya adalah menghirup udara bersih, tidak efektif!! Maka ada konsekwensi berkaitan yang cocok.
Konsekwensi berkaitan
Konsekwensi jika anak kedapat merokok misalnya maka suruh anak ke perpustakaan untuk membaca akan bahaya merokok ditambah misalnya membuat kliping atas bahaya-bahaya merokok.
Konsekweensi Signifikan
Konsekwensi Signifikan yaitu konsekwensi yang efektif terhadap anak, anak yang malas bergerak konsekwensi signifikan adalah menyuruh dia berolah raga.

Djauzak Ahmad dalam Riau Pos menekankan: “Tetapi kalau tetap melakukan, diberi hukuman sesuai dengan perbuatannya (Konsekwensi relevan – Penulis). Kalau misalnya anak mengotori lantai, maka disuruh ia untuk membersihkan lantai yang kotor tersebut. Kalau memecahkan kaca disuruh ia mengganti (Tidak Efektif: karena bagi siswa yang orang tuanya kaya akan mudah baginya untuk mengganti berulang-ulang sampai puluhan kali – penulis). Asal jangan hukuman yang memalukan seperti menggunduli kepala anak padahal ia cewek, seperti yang terjadi disebuah pesantren di Pekanbaru )3
Kalau menurut saya tidak mempermalukan karena anak tersebut memakai Jilbab, sedangkan laki-laki sudah biasa pemandangan kepala gundul, dipesantren, karena ada yang berpendapat potong rambut itu gundul, begitu menurut sunah nabi, mulai kiyai sampai ustad-ustadnya semua berbuat demikian.

Kalau anak memainkan senjata tajam hukumannya tidak dibiarkan sampai anak terluka, Jika memanjat tinggi jangan tunggu sampai anak jatuh. Ini penerapan konsekwensi yang salah karena berakibat fatal. Konsekwensi dengan berakibat fatal memang harus dihindari, seperti perkelahian harus dilerai, kebut-kebutan harus dilarang, jangan dibiarkan saja, tetapi jika terjadi kecelakaan akibat kebut-kebutan anak mendapat pelajaran, tapi anak tidak boleh dikasih tahu akan pelajaran dari konsekwensi dari yang telah ia perbuat biarkan anak yang menyipulkan sendiri.

Kalau mengajarkan dan mendidik anak dengan menerapkan konsekwensi maka kita dapat menghindari penggunaan kekerasan dalam pembelajaran anak didik di sekolah.
Konsekwensi dapat berupa strap didepan kelas atau konsekwensi seperti yang telah diterangkan diatas. Sekedar Strap, berdiri diluar kelas, menyuruh anak membersihkan lantai, membersihkan WC, dan sebagainya tidaklah disebut sebagai kekerasan dalam rangka atau maksud mendidik. Kalau yang disebut kekerasan terhadap anak-anak itu tidak bermaksud mendidik, kejam dan keji terhadap anak-anak, tanpa belas kasihan sedikitpun. Adapun yang dimaksud kekeran menurut UU Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 terdapat dalam pasal 13 ayat 1:

Pasal 13 ayat: 1.Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;

d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;

e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.


Pejelasan dari butir d ayat 1 tersebut adalah:
Perlakuan yang kejam, misalnya tindakan atau perbuatan secara zalim, keji, bengis, atau tidak menaruh belas kasihan kepada anak. Perlakuan kekerasan dan peng¬aniayaan, misalnya perbuatan melukai dan/atau mencederai anak, dan tidak semata-mata fisik, tetapi juga mental dan sosial.4




__________________
  1. Levy, Ray, Ph.D. et al , 2002, “Manfaat Konsekwensi”, Cara Membesarkan Anak Yang Suka Melawan Tanpa Harus Hilang Kesabaran,, Jakarta: Gramedia. halaman 131
  2. Levy Ray, Ph.D., 2002, ibid., halaman 132 – 138.
  3. Djauzak Ahmad dalam Koran Riau Pos, 21, Februari 2008, “Kekeran Pendidikan Dilarang Sejak Dulu”, halaman 35.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar